16 research outputs found

    MANAGEMEN FISIOTERAPI DENGAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS LOW BACK PAIN ET. CAUSA ISCHIALGIA: A CASE REPORT

    Get PDF
    Background: Ischialgia is a manifestation of low back pain that occurs due to clamping of the ischiadicus nerve which causes paraesthesia/tingling along the course of the ischiadicus nerve roots, this condition will cause low back pain. Complaints are felt such as discomfort, limited movement that interferes with functional activities. Exercise therapy is given an effect in repairing, recovering, and increasing the body's physiology and physical function. The types of exercise therapy given are stretching, core stability and strengthening. Objektive: Knowing physiotherapy management with exercise therapy methods in case of low back pain et. causa ischialgia. Methods: Research using the Case Report method was carried out at Dr. Harjono S Ponorogo Hospital in a 66-year-old male patient diagnosed with physiotherapy for low back pain et. causa ischialgia with complaints of lower back pain and feeling pain radiating to the right hind thigh. Patients were given intervention in the form of exercise therapy which was carried out 1 week 2 times. Result: The exercise therapy which was carried out 3 times resulted in a decrease in pain, an increase in muscle strength, an increase in trunk LGS, there was no increase in functional activity, and there was an increase in measurements of the risk of falling. Conclusion: Based on the research using Case Report, it shows that physiotherapy management with the exercise therapy method in cases of low back pain et. causa ischialgia, as a whole the evaluation results found an increase

    Perancangan Sistem Pengendalian Temperatur Pada Digester Pembuatan Pulp Tipe Batch

    Get PDF
    Peningkatan produksi pulp dengan kebutuhan bahan baku tidak seimbang, dimana proses pembentukan kayu membutuhkan waktu yang lama, namun produksi pulp terus meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan baku alternatif selain kayu yaitu Tandan kosong kelapa sawit dan pelepah pisang. Proses pemasakan pulp sangat menentukan berjalannya proses dan juga berpengaruh terhadap penentuan kualitas pulp yang dihasilkan, sehingga dilakukan perancangan sistem pengendalian temperatur on/off otomatis sebagai pelengkap pada alat digester pembuatan pulp tipe batch yang mudah dioperasikan, efektif dan aman. Metode penelitian diawali dengan dengan merancang sistem pengendalian temperatur yang meliputi kontroler, transduser, termokopel, dan heater. Kemudian diuji kinerja pengendalian tersebut dengan pembuatan pulp. Parameter penelitian ini ialah variasi suhu dan temperatur di dalam digester dengan waktu pengamatan setiap 30 detik pada kondisi temperatur set point 100oC, 105oC, 110oC, 115oC dan 120oC. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan menggunakan mode pengendali on/off otomatis memiliki error pengukuran 0,875oC, histerisis control lag rata-rata 96 detik dan periode osilasi rata-rata 9,7 menit. Selain itu, penerapan sistem pengendali temperatur melalui pembuatan pulp menghasilkan rendeman pulp sebesar 52,56% dan kadar selulosa 55,74%

    Pengaruh Perbedaan Jenis Kemasan Terhadap Aktivitas Antioksidan Produk (Dark Dan Milk) Cokelat Dengan Metode DPPH

    Get PDF
    Cokelat yang dikonsumsi sehari-hari memiliki kandungan yang beragam, antara lain protein, lemak, karbohidrat, senyawa polifenol, flavonoid serta metilxantin. Polifenol kakao utamanya flavonoid mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami. Produk cokelat yang beredar di pasaran memilki perbedaan pada kemasannya, yaitu ada yang dikemas dengan aluminium foil dan ada yang dikemas dengan plastik. Untuk mengetahui adanya pengaruh yang diberikan dari perbedaan kemasan terhadap aktivitas antioksidan yang terdapat pada produk (dark dan milk) cokelat. Dengan metode DPPH. Produk (dark dan milk) cokelat diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% selama 3x24 jam. Terjadi penurunan aktivitas antioksidan setelah disimpan selama 14 hari pada suhu kamar. Kemasan plastik memberikan persentase penurunan lebih besar dibanding dengan kemasan aluminium foil. Pada dark cokelat sampel kemasan aluminium foil terjadi penurunan sebesar 10,191%, sedangkan kemasan plastik sebesar 14,931%. Pada milk cokelat sampel kemasan aluminium foil terjadi penurunan sebesar 9,861%, sedangkan kemasan plastik sebesar 15,455%. Perbedaan jenis kemasan dapat mempengaruhi tingkat aktivitas antioksidan pada produk dark dan milk cokelat. Produk cokelat dengan kemasan plastik mengalami penurunan aktivitas antioksidan yang lebih besar daripada produk cokelat dengan kemasan aluminium foi

    FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN NAFSU MAKAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS (Studi Kasus di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo)

    Get PDF
    Abstract  The aim of this study was to determine factors associated with diminished appetite in CKD patients undergoing hemodialysis therapy. This study is an observational analytic research with cross sectional design. Population of this study was CKD outpatients undergoing hemodialysis therapy in July- August 2016 in Prof. Dr. Margono Soekarjo Hospitals. Amount of 58 subjects taken by consecutive sampling. Appetite, sex, age, length of hemodialysis, frequency of nausea/vomiting, and depression were measured using questionnaire. Subjects who diminished appetite were 58,6%. More than half subjects were male (56,9%). Amount of 84,5% subjects were adults (19-59 years), 63,8% undergoing hemodialysis >1year, 39,7% experienced nausea/ vomiting and 53,4% were depression. Based on Chi-Square Test/ Fisher Exact Test, diminished appetite significantly associated with length of hemodialysis (p=0,041), frequency of nausea/vomiting (p=0,014), and depression (p=0,002). Dominant factors affected diminished appetite were depression and length of hemodialysis. Diminished appetite in CKD patients undergoing hemodialysis therapy associated with length of hemodialysis, frequency of nausea/vomit, and depression. Keyword : appetite, chronic kidney disease, hemodialysi  Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang menjalani terapi hemodialisis. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah pasien GGK rawat jalan yang menjalani terapi hemodialisis pada bulan Juli- Agustus 2016 di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Sebanyak 58 subjek diambil dengan cara consecutive sampling. Nafsu makan, jenis kelamin, usia, lama hemodialisis, frekuensi mual/muntah, dan depresi diukur menggunakan kuesioner. Responden yang mengalami penurunan nafsu makan sebanyak 58,6%. Lebih dari separuh responden (56,9%) berjenis kelamin laki- laki dan 84,5% responden berusia dewasa (19-59 tahun). Sebanyak 63,8% responden menjalani hemodialisis >1tahun. Responden yang mengalami mual/muntah berat sebanyak 39,7% dan 53,4% mengalami depresi. Berdasarkan analisis bivariat menggunakan Uji Chi- Square/ Fisher Exact diperoleh hasil bahwa nafsu makan berhubungan secara signifikan dengan lama hemodialisis (p=0,041), frekuensi mual/ muntah (p=0,014), dan depresi (p=0,002). Faktor dominan yang mempengaruhi penurunan nafsu makan adalah depresi dan lama hemodialisis. Penurunan nafsu makan pada pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis berhubungan dengan lama hemodialisis, frekuensi mual/muntah, dan depresi. Kata kunci : gagal ginjal, hemodialisa, nafsu makan &nbsp

    Pelatihan Membaca Gambar Teknik Untuk Tim Sales Dan Produksi Pada PT. ISTW Jakarta

    Get PDF
    Pelatihan membaca gambar teknik tidak banyak ditawarkan di pasaran, sehingga mitra mengalami kendala dalam ketersediaan nara sumber yang dapat memberikan materi. Pelatihan ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat tim Dosen Teknik Industri UMJ yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam membaca gambar teknik. Mitra kerjama dalam kegiatan pengabdian masyarakat adalah PT. Indonesia Steel Tube Works (ISTW) Jakarta. Alur langkah kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan melalui identifikasi masalah yang terjadi pada mitra, menentukan skala prioritas yang perlu dilakukan tindakan perbaikan, problem solving dengan memberikan pelatihan, feedback berupa evaluasi peninjauan hasil kegiatan pelatihan. Tahapan kegiatan pelatihan yang dilakukan meliputi presentasi materi pelatihan, diskusi, tanya jawab  dan evaluasi pelatihan. Pelaksanaan kegiatan pelatihan dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi video converence zoom meeting. Materi pelatihan membaca gambar teknik mencakup 4 topik yang meliputi standarisasi, mendeskripsikan gambar teknik, simbol las dan toleransi. Hasil kegiatan pelatihan membaca gambar teknik dalam pengabdian masyarakat untuk tim sales dan produksi PT. ISTW sebagai peserta pelatihan sudah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dalam membaca gambar teknik. Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pelatihan yang sudah dilakukan menyatakan bahwa pelatihan dapat memperluas keilmuan gambar teknik sehingga mitra dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang ada di perusahaan

    Menggagas Rekomendasi Regulasi Nasional Mekanisme Pembagian Manfaat Sektor Kehutanan

    Full text link
    Ada dua amanat penting dalam skema penurunan emisi melalui pencegahan deforestasi dan degradasi hutan yakni pertama, pembagian insentif dan kedua, pelibatan masyarakat lokal sekitar hutan. Sejalan dengan amanat tersebut di atas, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan Rencana Kerja yang salah satu output kinerja programnya adalah tersedianya mekanisme pembagian manfaat dalam penanganan deforestasi dan degradasi hutan. Namun, ada dua masalah penting yang dihadapi model-model ini agar berkembang berkelanjutan: - Kesinambungan pendanaan, karena program berbasis proyek umumnya terbatas baik waktu maupun ketersediaan sumber pendanaan; - Seringkali ada kekhawatiran pemerintah daerah yang memelopori praktik tersebut akan masalah legalitas secara kerangka hukum. Oleh karena itu, penting untuk menggagas suatu regulasi di tingkat nasional yang berfungsi (lebih) untuk mendorong pemerintah daerah memelopori atau mereplikasi praktik tersebut, memastikan kerangka hukum yang legal, atau bahkan dukungan lainnya dari pemerintah pusat

    Environmental liability litigation could remedy biodiversity loss

    Get PDF
    Many countries allow lawsuits to hold responsible parties liable for the environmental harm they cause. Such litigation remains largely untested in most biodiversity hotspots and is rarely used in response to leading drivers of biodiversity loss, including illegal wildlife trade. Yet, liability litigation is a potentially ground-breaking conservation strategy to remedy harm to biodiversity by seeking legal remedies such as species rehabilitation, public apologies, habitat conservation and education, with the goal of making the injured parties ‘whole’. However, precedent cases, expert guidance, and experience to build such conservation lawsuits is nascent in most countries. We propose a simplified framework for developing conservation lawsuits across countries and conservation contexts. We explain liability litigation in terms of three dimensions: (1) defining the harm that occurred, (2) identifying appropriate remedies to that harm, and (3) understanding what remedies the law and courts will allow. We illustrate the framework via a hypothetical lawsuit against an illegal orangutan trader in Indonesia. We highlight that conservationists’ expertise is essential to characterizing harm and identifying remedies, and could more actively contribute to strategic, science-based litigation. This would identify priority contexts, target defendants responsible for egregious harm, propose novel and meaningful remedies, and build new transdisciplinary collaborations
    corecore